Agak jarang, pada diri seseorang, kepakaran dalam bidang bahasa-sastera bersatu dengan kecakapan menghasilkan karya sastera yang menonjol. Salah seorang yang mendapat karunia demikian adalah Prof. DR. H. Yus Rusyana.
Di satu sisi, Yus adalah dosen (dan guru besar) serta peneliti bahasa dan sastera pada UPI Bandung. Di sisi lain, ia sasterawan yang banyak menghasilkan karya berupa sajak dan cerpen Sunda, bahkan esai.
Yus Rusyana kecil lahir di Pameukpeuk (Garut Selatan) pada tanggal 24 Maret 1938. Pertamakali mengenyam pendidikan formal di Sekolah Rakyat Negeri Pameukpeuk (1946-1952), pada masa itu ia mengalami berbagai macam pengalaman bersekolah di tempat terpencil. Seperti pergi ke sekolah tidak mengenakan sepatu alias nyeker dan tidak berseragam layaknya siswa. Bila waktu istirahat datang, karena udara daerah Pameukpeuk yang terkenal panas, ia dan teman-temannya suka berenang di sungai yang tidak jauh dari sekolah.
Saat itu Yus berteman dengan salah seorang anak pegawai Kawadanan, namun sayang anak tersebut tidak disekolahkan oleh ayahnya dengan alasan takut. Sebab pada waktu itu kebanyakkan anak yang disekolahkan selalu menentang pemerintahan Belanda suka dibuang ke luar jawa. Jadi bila pulang sekolah ia selalu menemui anak tersebut dan memberikan mata pelajaran yang ia pelajari hari itu di sekolah.
Setelah lulus dari SGBN 1 Garut (1952-1955) dengan modal nekat Yus melanjutkan ke SGAN 1 Bandung (1955-1958), Minat menulisnya tumbuh karena mengelola majalah dinding di sekolah bersama kawan-kawannya yang kemudian juga menjadi sasterawan Sunda terkemuka, seperti Iskandarwassid dan Mien Resmana. Saat kelas 2 SGA lah ia mulai berkenalan dengan Ami Raksanagara yang kemudian menjadi istrinya. Meskipun mereka tidak satu kelas, tetapi selalu bertemu pada saat pelajaran olahraga, karena jadwal dan gurunya sama. Teman-temannya mengenal Yus sebagai anak yang pintar dan cerdas. Hal tersebut ternyata menjadikan Ami penasaran dan bertanya, sipa namanya?. Namun Yus tidak menjawabnya dengan jujur, malah tersenyum dan menjawab “Arjuna”.
Barulah, saat kelas 3 Yus dan Ami satu kelas, Saat itu ia duduk di belakang Ami. Namun karena Yus pendiam dan pemalu, meskipun pintar dan cerdas, ia tak pernah berani bergaul dengan Ami, kalaupun waktu istirahat dan belajar malah Ami lah yang selalu membalikkan kursinya kebelakang untuk sekedar bertanya tentang pelajaran kepadanya.
Setamat SGA Yus menjadi guru honorer di salah satu sekolah. Setelah beberapa lama barulah melanjutkan kuliahnya di FKSS IKIP Bandung (1958-1964). Tapi pada saat itu jurusan yang masih kosong adalah jurusan bahasa Sunda. Sungguh tidak direncanakan, Yus dan Ami pun kembali satu kelas di jurusan yang sama.
Semasa mahasiswanyalah, ia mengembangkan kecakapan menulis, khususnya sajak Sunda. Sajaknya waktu itu banyak dimuat di Sipatahoenan. Semasa mahasiswa itu pula ia aktif dalam kegiatan kesenian di kampus, antara lain membentuk Liga Drama, yang banyak mementaskan lakon-lakon karyanya, diantaranya Cahaya Maratan Waja (1964) Hutbah Munggaran di Pajajaran (1965) di Karaton Najasii (1966) dan sebagainya.
Tahun 1971 Yus terpilih dalam program Post graduate Training in the study of indonesian Language and philology di Fakultas Sastra Universitas Leiden Belanda (1971-1973) serta meraih gelar doktor dalam bidang morfologi bahasa di Fakultas Sastra UI- Jakarta (1975). Di samping mengajar di UPI (pernah menjadi Dekan FKSS) ia juga menjadi Dosen terbang di beberapa Universitas baik negri maupun swasta.
Sebagai sasterawan, karyanya sudah melimpah. Kumpulan cerpen Sundanya yang sudah terbit dalam bentuk buku antara lain: Di Luhureun Jukut Remis (kumpulan cerita pendek bahasa sunda 1965) Jajaten Ninggang Papasten (kumpulan cerita pendek bahasa sunda 1988) Numahal ti Batan Inten (kumpulan Puisi Sunda 1980) Buana nu Pinuh ku Mega (kumpulan Puisi Sunda 1992), Guguritan Munggah Haji (kumpulan dangding 1955). Hasil penelitiannya banyak yang sudah diterbitkan dan ada juga yang belum. Tahun 1989 mendapatkan hadiah sastra Rancage pertama untuk kumpulan cerita pendek dalam bahasa sundanya yang berjudul Jajaten Ninggang Papasten. Di dalam cerpen-cepern yang dikumpulkan dalam Jajaten, menurut Ajip Rosidi (Ketua Yayasan Kebudayaan Rancage), Yus bukan hanya telah mengangkat kembali peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi dalam sejarah Sunda, tetapi juga berhasil melukiskan perkembangan kehidupan Sunda menggunakan kekayaan bahasa Sunda.
Pada tanggal 28 April 1965 Yus menikah dengan Ami Raksanagara. Dikaruniai lima orang anak laki-laki : Galih Rakasiwi, Kalih Raksasewu, Kalis Ragamulu, Kalif Ragapale (alm) dan Galis Ragsunu. Pada tahun 1975 menjadi ketua Paguyuban Panglawungan Sastra Sunda (PPSS) sampai tahun 1981. Menunaikan ibadah haji pada tahun 1992. Menjadi anggota pembina LBSS dari tahun 1994-2000. Pernah menjadi anggota Redaksi majalah Mangle, Wangsit dan Lingua.
Sebagai seorang pakar, sampai sekarang Yus masih melakukan penelitian sastera dan bahasa, khususnya Sunda. (yatun romdonah awaliah)
24 works Add another?
Most Editions
Most Editions
First Published
Most Recent
Top Rated
Reading Log
Random
Showing all works by author. Would you like to see only ebooks?
Subjects
History and criticism, Sundanese literature, Folklore, Indonesian language, Study and teaching, Sundanese language, Sundanese poetry, Tales, Bilingualism, Comprehension, Dictionaries, Encyclopedias, Grammar, Incantations, Indonesian literature, Indonesian philology, Interference (Linguistics), Modern Languages, Morphology, Phonetics, Prophets in literature, Rites and ceremonies, Social life and customs, Speech, Study and teaching (Elementary)Time
20th centuryID Numbers
- OLID: OL524757A
Links outside Open Library
No links yet. Add one?
April 12, 2010 | Edited by Open Library Bot | Added photos to author pages. |
October 30, 2008 | Edited by 125.163.74.240 | Edited without comment. |
September 24, 2008 | Edited by 125.163.14.20 | Edited without comment. |
August 29, 2008 | Edited by RenameBot | fix author name |
April 1, 2008 | Created by an anonymous user | initial import |